Yuk, Berbahasa Jawa yang Benar

11:29 PM

Gambar: pexels.com

Hai, Sobat Blogger!

Masih berbicara seputar budaya dan bahasa daerah, kali ini saya akan membahas sedikit mengenai unggah ungguh Basa Jawa.

Seperti kita tahu bahwa bahasa adalah bagian dari identitas seseorang. Kita bisa mengetahui darimana seseorang berasal dilihat dari bahasa yang digunakan.

Pengertian bahasa menurut Tarigan adalah seperangkat lambang-lambang mana suka atau simbol-simbol arbitrer.

Sifat-sifat Bahasa:
1.     Sistematik
Sistem dalam bahasa tercakup atas dua hal, yaitu bunyi dan makna. Begitu pula bahasa daerah, walaupun antara daerah yang satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan bunyi dan makna, namun hal ini perlu kita hargai. Banyak kita temukan beberapa kosakata yang terdengar dan bermakna tabu pada daerah tertentu, tetapi di daerah lain adalah hal yang biasa dengan makna yang biasa pula.

2.     Mana suka
Karena bahasa berawal dari kesepakatan, maka sebenarnya sifat bahasa itu sendiri adalah mana suka. Namun, ada patokan khusus yang disepakati sehingga setiap bahasa bisa dipahami oleh penggunanya.

3.     Ujaran
Awalnya bahasa digunakan untuk berkomunikasi secara langsung. Namun, seiring perkembangan jaman bahasa juga bisa digunakan dalam bentuk tulisan. Semuanya bisa saja kita gunakan asalkan mewakili maksud yang akan kita sampaikan.

4.     Manusiawi
Sebenarnya setiap makhluk memiliki bahasa sendiri-sendiri, baik berbentuk bahasa lisan, tulis, maupun isyarat. Namun, yang lazim kita pahami bahwa bahasa adalah miliknya manusia sehingga bahasa dikatakan bersifat manusiawi.

5.     Komunikatif
Bahasa memang dipilih untuk mewakili niat atau maksud seseorang dalam menyampaikan perasaan, pendapat, maupun keinginan. Jadi, dalam hal ini bahasa memang bersifat komunikatif, artinya bisa dipahami oleh si pengguna bahasa itu sendiri baik sebagai pembicara ataupun pendengar.

Dalam berbahasa itu sendiri, sebenarnya ada aturan atau kesepakatan diantara para pengguna. Seperti dalam Bahasa Jawa dikenal anggah ungguh basa, dimana bahasa dibedakan berdasarkan penggunanya, antara lain:

1.  Basa Ngoko
Basa Ngoko istilah umumnya adalah bahasa kasar (bukan berarti bahasa yang tabu atau tidak sopan) tetapi bahasa yang kurang halus jika didengar, dalam tata krama berbahasa. Ada dua jenis basa ngoko, yaitu ngoko lugu dan ngoko alus.

a.    Ngoko Lugu
Ngoko lugu digunakan jika pembicara lebih tua usianya dibandingkan pendengarnya, pembicara dan pendengar seusia, atau orang yang pangkatnya lebih tinggi kepada yang pangkatnya lebih rendah?
Contohnya:
Aku tuku buku ana toko. (Saya membeli buku di toko)

b.    Ngoko Alus
Basa ngoko alus digunakan jika pembicara seusia tetapi saling menghormati, orang yang lebih tua kepada pendengar yang lebih muda tetapi pangkatnya lebih tinggi, ataupun adik kepada kakaknya (dalam hal ini hubungan kekerabatannya dekat).
Contoh:
Mbak Ana tumbas roti ana toko. (Mbak Ana membeli roti di toko)

2.  Basa Krama
Basa krama dibedakan menjadi dua jenis, krama lugu dan krama inggil.

a.    Krama Lugu
Basa krama lugu merupakan basa krama pertengahan, tidak semuanya basa krama inggil,
Contoh:
Mas Ali tumbas sepatu wonten toko. (Mas Ali membeli sepatu di toko)

b.    Krama Inggil
Basa krama inggil digunakan jika pendengar adalah orang yang lebih dihormati oleh pembicara. Dalam hal ini bisa saja dihormati karena usia, pangkat, pengalaman, dan sebagainya.
Contoh:
Ibu mundhut gendis wonten peken. (Ibu membeli gula di pasar)

Itulah beberapa contoh penggunaan Basa Jawa berdasarkan penggunanya, pembicara dan pendengar yang sesuai dengan tata krama berbicara bahasa daerah, khusunya Basa Jawa. Yuk ... kita mulai membiasakan menggunakan bahasa dengan baik dan benar. Jangan malah dihilangkan kebiasaan untuk memakai bahasa daerah ya.

Salam.

You Might Also Like

0 komentar