Gerakan Literasi Sekolah

10:44 PM

      Gambar: pexels.com

Hai, Sobat Blogger!

Hem ... nggak tau kenapa saya kok pengin sekali menulis masalah Gerakan Literasi Sekolah (GLS) ini. Sejak bergaungnya kurikulum 2013 lalu, diiringi pula dengan munculnya Gerakan Literasi Sekolah. Gerakan ini muncul dengan tujuan untuk membentuk karakter siswa melalui pembiasaan membaca dan menulis sehingga tercipta pembelajaran sepanjang hayat.

Memang untuk pelaksanaan kurikulum 2013 sendiri, selain siswa diberi pemahaman tentang pengetahuan umum, mereka juga diberi penekanan untuk pendidikan karakter pada anak. Tujuannya dengan memiliki pondasi karakter yang baik diharapkan para generasi muda nantinya bisa menjadi generasi yang bisa menopang masa depan bangsa.
Sayapun berusaha ikut mendampingi anak-anak untuk menjalankan program ini.

Kenyataannya ada banyak kendala pada proses Gerakan Literasi Sekolah ini. Kendala tersebut antara lain:

1.    Rendahnya minat baca dan menulis siswa
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, gawai sekarang sudah mendominasi kehidupan masyarakat, tak terkecuali anak-anak. Mereka lebih suka bermain dengan gawainya atupun menonton video dan game melalui alat yang harganya semakin terjangkau masyarakat dari berbagai kalangan ini dibandingkan membaca buku. Meskipun kita tetap bisa membaca melalui berbagai fasilitas yang disediakan oleh gawai kita, namun anak-anak tetap tidak suka pada kegiatan membaca ini.

2.    Kebiasaan membaca belum ditanamkan sejak dini
Rendahnya minat baca siswa ini disebabkan karena kebiasaan ini tidak ditanamkan sejak anak masih dini. Seharusnya kebiasaan membaca ini ditanamkan sejak anak masih dalam pengasuhan kedua orang tuanya. Realitanya, masih banyak anak yang memiliki orang tua yang terlalu sibuk berkarir sehingga tidak sempat mendampingi putra putrinya untuk membaca. Belum lagi masih banyak juga anak yang terlahir dari keluarga dimana kedua orang tuanya tidak sadar membaca bahkan dididik oleh nenek dan kakek bahkan orang tua yang buta huruf.

3.    Minimnya sarana dan prasarana
Buku adalah gudang ilmu. Makna kata membaca bagi anak-anak adalah membaca buku. Namun, ada banyak kendala terkait dengan keberadaan buku untuk Gerakan Literasi Sekolah. Di rumah, tidak semua orang tua sadar akan pentingnya membaca sehingga uang yang mereka miliki lebih baik digunakan untuk membeli mainan. Belum lagi jika mereka hidup di bawah garis kemiskinan, uang yang mereka miliki lebih baik dibelikan beras daripada untuk membeli buku. Bahkan di wilayah pedesaan apalagi jika kondisinya daerah tertinggal, untuk mendapatkan buku belum ada penjual/toko yang menyediakannya.

Mirisnya ketika sekolah dituntut untuk memfasilitasi Gerakan Literasi Sekolah ini sarana dan prasarana yang disediakan oleh pemerintah sangat minim. Contohnya, buku-buku bantuan dari pemerintah juga berupa buku-buku pelajaran saja. Akhirnya, perpustakaan hanya berisi buku pelajaran dan beberapa buku yang tidak menarik minat siswa.

That's all kiranya hal yang terjadi di sekitar saya. Entah di tempat lain apakah Gerakan Literasi Sekolah ini berjalan dengan semestinya atau tidak, saya sendiri kurang begitu mengerti.

You Might Also Like

0 komentar